Senin, 16 Maret 2009

Aspal Gula sebagai pengganti Aspal Fosil

Anda bisa membayangkan jalan bersalut gula? Aspal konvensional yang berasal dari minyak fosil kini memang bisa digantikan oleh aspal sintetis dari molase (produk samping industri gula).
Aspal atau bitumen alternatif berbahan baku limbah tumbuhan dan material daur ulang dengan merek dagang GEO320 diproduksi oleh Ecopave Australia yang berbasis di Townsville, Queensland.
Menurut penemunya, Eerik Owerhall, GEO320 dapat dibuat dari molase dan segala macam resin dan limbah tumbuhan, seperti limbah kelapa atau kelapa sawit. Bahan-bahan dasar tersebut dapat dicampur limbah plastik untuk membantu industri daur ulang limbah plastik.
Berbeda dengan aspal konvensional yang berwarna hitam, aspal gula bisa dibuat dalam warna-warna terang berkat riset yang intensif. Dengan demikian, tidak menyerap begitu banyak inframerah atau panas, melainkan memantulkannya ke angkasa. Sementara jalan beraspal fosil dapat meningkatkan suhu kawasan perkotaan hingga 6°C. Hal itu juga mengakibatkan gangguan pernapasan dan pertumbuhan tanaman pertanian.Di samping menyerap panas, aspal petrokimia membutuhkan pengolahan di pabrik, harus disimpan dan dihamparkan pada suhu tinggi, menghasilkan efek rumah kaca, dan mengganggu kesehatan pekerja pembuat jalan.

Catatan penulis : Anda jangan takut aspal tersebut akan dikerubungi semut:-). Juga warna aspal tidak akan membosankan lagi (hitam atau abu-abu), melainkan kita bisa memberikan warna-warna ceria. Menyenangkan bukan?

Impian penulis : Seandainya bisa dibuat aspal dari pencampuran beberapa bahan yang praktis sehingga tinggal dituang ke jalan yang berlubang saja lalu bila mengeras seketika. Praktis bukan? dan lagi bisa mengatasi masalah kemacetan jalan yang makin lama makin parah di Indonesia ini. Bukan cuma timbul karena jalan berlubang, tapi juga karena perbaikan jalannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar